Mirza Membantu [ceritamini]

[tulisan ini pernah dimuat di majalah Aneka Yess! no.10/2009]

Mirza Membantu


Si Mirza tuh ganteng banget deeeh…pengen kenalan deh… kayaknya orangnya asiik… huh… gimana caranya yaa??”

Mendengar kata ‘ganteng’, Upik langsung merubah posisinya. Pandangan matanya jatuh ke titik-titik berbentuk wajah orang di layar. Tampak sesosok cowok mengenakan topi lagi menolong seorang bapak menyebrang jalan. Mata bulat Upik tiba-tiba bersinar.


“Wah… bentar lagi lo ulang tahun nih!” kata Upik tiba-tiba. Mata bulatnya makin membulat melihat kalender di handphone-nya yang sudah dikasih tanda ulang tahun sahabatnya, Dicioka.

“Ya terus???” jawab yang dimaksud.

“Lah… kok kaku banget sih..” kata Upik lagi. “Lo mau kado apa?”

“Aduh, nggak penting deh ulangtahun-ulangtahunan. Kayak anak kecil aja…” jawab Dicioka ke Upik yang sekarang sudah bangun dari duduknya.

“Pokoknya ulang tahun kali ini gue bakal ngasih lo kado terindah deh!” teriak Upik sambil berlari keluar kelas. Tasnya yang segede gaban sempat menyenggol Kak Galih, kakak kelas yang galak dan hobi menindas adik kelas.

“Upiiiiik!!!” teriak Kak Galih dengan suara khasnya yang menggelegar.


Bukan tanpa alasan sih kenapa Upik pengen banget ngasih kado yang indah buat sahabatnya itu. Soalnya, Dicioka kan lagi berduka gara-gara ikan mas kesayangannya yang dikasih nama Syaiful baru saja tewas. Sekedar info, tuh ikan bukan sembarang ikan. Selain bisa berenang, Syaiful juga bisa muter-muter di aquarium kecil di sisi tempat tidur Dicioka tanpa pernah mengeluh pusing! Ajaib kan?? *ditimpuk gundu sama pembaca…*

Kejadiannya sih seminggu yang lalu, tapi sampai hari ini Dicioka masih suka sedih gitu. Tiap kali ada yang nyebut-nyebut kata ikan, air ataupun manggil Syaiful. Dan yang bikin bete, nama ketua kelas mereka adalah Syaiful yang bikin tuh nama sering banget kesebut dan bikin Dicioka makin sedih.

Nah, sebagai sahabat yang baik, tentunya Upik yang asli Padang ini bakalan ngasih sesuatu yang bikin Dicioka senang, atau paling nggak tersenyum. Sayangnya, Upik sama sekali nggak tahu apa yang lagi dipengenin sama Dicioka. Sebenarnya sih, sahabatnya itu lagi pengen punya Blackberry, tapi nggak mungkin lah Upik ngasih dia gituan. He he…


“Dic… lagi ngapain lo??” kepala keriting Upik nongol dari balik pintu kamar Dicioka yang sedikit terbuka. Tanpa dikomando, dia langsung masuk kamar dan selonjoran di kasur Dicioka yang berselimutkan bedcover gambar Sin-chan.

“Lagi nonton. Emang lo nggak lihat?” jawab Dicioka tanpa mengalihkan pandangan dari layar kaca berukuran 21 inci itu.

“Nonton apaan sih? serius bener…” Upik tetap dalam posisi selonjorannya tanpa melihat ke arah televisi.

“Nih, acara keren. Judulnya, Mirza Membantu. Ceritanya tentang kehidupan orang yang kurang mampu, terus dibantuin sama cowok bernama Mirza yang jadi host-nya” jelas Dicioka panjang lebar. “Si Mirza tuh ganteng banget deeeh…pengen kenalan deh… kayaknya orangnya asiik… huh… gimana caranya yaa??”

Mendengar kata ‘ganteng’, Upik langsung merubah posisinya. Pandangan matanya jatuh ke titik-titik berbentuk wajah orang di layar. Tampak sesosok cowok mengenakan topi lagi menolong seorang bapak menyebrang jalan. Mata bulat Upik tiba-tiba bersinar.


Sampai di rumah, cewek Padang yang hobi berenang ini langsung mendaratkan kaki di kamar kakaknya, Stephanie yang adalah seorang reporter majalah remaja. “Kak… punya nomernya Mirza nggak??” tanya Upik nggak pakai basa-basi.

“Mirza?? Tukang bakso depan kantor gue??” tanya kakaknya yang ngefans banget sama Gigi itu. “Atau temen SMA gue yang rambutnya keriting kayak lo??”

“Ih, bukaaan… itu loh… Mirza yang bawaain acara Mirza Membantu di tivi itu loh… masa lo nggak tau sih??”

“Iya, itu sih si Mirza temen SMA gue… kenapa, lo suka sama dia??”

“Hah… serius lo kak??” teriak Upik, bikin Stephanie kaget. Ketika dilihatnya Stephanie mengangguk Upik langsung ngeluarin hape mungilnya. “Minta nomernya dooong…”


“Dic… ada yang mau ngomong sama lo nih!” kata Upik jumawa sambil mengangsurkan hape mungilnya ke Dicioka yang lagi makan pastel di kantin. Saat itu, hari masih pagi dan hari itu adalah hari ulang tahunnya Dicioka.

“Siapa sih?? halooo….” Kata Dicioka males-malesan dengan mulut masih penuh pastel…. Bwaaaaaah…. Pastel berisi bihun yang setengah dimakan Dicioka berhamburan keluar. “Ini Mirza di Mirza Membantu?? Ah, yang bener…”


“Ah, gila lo Pik… masak tau-tau gue disuruh ngobrol sama Mirza! Kaget tauuu!!” teriak Dicioka setelah telfon ditutup. “Maluuu!! Lo ngomong apaan sama dia? Kok lo bisa punya nomer telfonnya??” teriak lagi kali ini dengan senyum di bibirnya

“Dia tuh temen SMA-nya Kak Ste… dulu mah sering main ke rumah. Tapi dulu rambutnya keriting. Karena tahu lo ngefans sama dia, ya gue telfon ajaa… biar lo seneng… happy birthday yaaa!!” kata Upik panjang lebar.

“Aaaah… Upik… makasih yaaa!!!” teriak Dicioka dengan senyuman makin lebar.


0 komentar: (+add yours?)

Posting Komentar

ke lagu ke labu