kalau anak punk jatuh cinta

Punk In Love
Punk In Love

mm... bukan mau bikin lagu, apalagi ngebentuk ben bernama itu. Walau suka mendengarkan lagu-lagu dari band yang mengklaim dirinya sebagai band punk, kelabu sama sekali tak pernah menganggap dirinya seorang punker yang -konon kabarnya anti kemapanan >> ok, kita gak akan ngebahas definisi punk dipostingan ini, lo klik ini aja kalau mau tahu lebih lanjut.

Therefore, postingan ini juga tidak akan membahas bentuk pergerakan yang dimulai di Inggris sejak tahun '60 akhir awal '70, yang dimana merupakan satu gerakan perlawanan kepada kaum kapitalis yang waktu itu mulai menduduki berbagai aspek di negeri sana...

*eh, katanya gak mau ngebahas begituan? Mbak ini plinplan sekali loh...

maap ya, kalo cerita emang suka gak nyambung. Lompat-lompat, kayak kangguru. Maklum deh, namanya juga ajeng

**sumpah ini gak nyambung dan jangan pernah tanya kenapa barusan ngetik itu**

niweeeeeeeeyyyy...barusan kelabu yang cantik dan ciamik ini *suara muntah di sekeliling* baru saja selesai menonton satu film lokal yang judulnya itu,

*mana mbak?*
**itu loh**
*mana?*
**itu diatas, masa gak liat?**

bletttaaakkk!!!!>>gak ada seriusseriusnya kalo cerita. Absurd dasar!

Baeklah, lanjut..
Seperti judulnya, film ini memang mengisahkan anak punk yang sedang jatuh cinta. Bahkan saking cintanya sampai rela melakukan perjalanan jauh, dari Malang hingga Jakarta.

Adalah Arok [Vino G. Bastian], yang ditinggal -nyaris kawin oleh cewek yg dia suka, Maia [Girindra Kara] ke Jakarta. Nyaris bunuh diri, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Jakarta, barengan sama tiga sahabatnya, Woro [Yogie Finanda], Almira [Aulia Sarah] dan Yoji [Andhika Pratama]. Berbekal uang pas-pasan mereka pun bertualang ke ibukota. Menumpang truk, mobil pribadi hinga mobil jenazah dilakoni. Ngamen juga dilakukan ketika perut lapar meronta minta diisi.

Akhirnya, setelah melalui perjalanan panjang -hingga masuk penjara, Arok berhasil bertemu dengan Maia. Happy ending.. Semua hidup bahagia.. Menyenangkan.

Lantas apa yg menarik?
Awalnya sama sekali gak tertarik untuk menonton. Karena mengira, film ini hanya akan pamer kekerenan, poser beraksi gitu deh.. Tapi ternyata, beyond ma expectation, film ini mampu menyuguhkan cerita yang -sebenanrnya ringan tapi terlihat berisi dengan cerdas.

Adegan demi adegan dibangun dengan kocak -tanpa butuh komedi porno atau slapstick menjemukan. Film ini juga seolah ingin merubah paradigma yang ada...

*stoooooop!!!! Bisabisanya berbahasa tinggi macam tu... Ckckck.. Pintar kamu sekarang!!!
**suuuut.. Nyontek dari kompas..

Lanjuuut...

Yes, pelem ini menunjukan bahwa anak punk yang sering kkita temui di jalanan itu. Yang kotor, kumal, tak tahu sopan santun tata krama.. Justru disini, empat tokoh utama digambarkan sebagai sosok yang seperti anak normal pada umumnya. Sayang dan hormat pada orang tua, merasakan jatuh cinta. Mereka tak segan untuk hidup susah dan sama sekali tak susah untuk membantu sesama.

Ada beberapa adegan seru di film ini. Sengaja gak berurutan biar terlihat keren.
*alasan, padahal lupa*

1. Waktu Al tibatiba dapet dan mau beli pembalut dua biji. Sempat hampir kelahi tapi ternyata empunya warung adalah Aremania juga [syal Arema tergantung di tas Almira] hingga akhirnya mereka malah dikasih gratis

2. Waktu Woro kakinya kena tetanus dan pingsan. Dibawa ke klinik tapi gak diterima karena penampilannya nyampah. Hingga akhirnya Arok dan Yoji menculik dokter untuk merawat Woro. Disini Woro sempat dikira meninggal dan bikin semua menangis

3. Waktu nge-BM di truk tepung yg menuju Semarang. Ketika sampai ternyata kotanya lagi banjir, semua pun basah kuyup

4. Ah... Banyak deh, harus liat sendiri. Hahahaha...
*tuh kan, beneran lupa*

Niwey... >> Lagi seneng pake kata ini.
Yg paling kocak adalah dialognya. Celetukannya. Selain terdengar spontan, juga karena mereka menggunakan bahasa Jawa. Walau yg cewek aksennya kurang kuat.

Kalau kalian pikir film ini akan penuh dengan katakata kasar? Kalian salah... Mungkin karena mereka orang jawa ya.. Jadi b
Ngomong marah pun tak terdengar galak, hehehe...

Yang terakhir...
Faktor muka para pemainnya juga berpengaruh loooh...
Iyalaaaaah... Who can't resist the charm of Vino, Andhika dan Yogi??

Ekekekeke...

Overall..
This movie is sure -indeed, be one of my fave Indonesian movie!

Superb!

0 komentar: (+add yours?)

Posting Komentar

ke lagu ke labu