Tampilkan postingan dengan label pikiran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pikiran. Tampilkan semua postingan

BTS dan Cerita Perjalanan Menuju A.R.M.Y

0 komentar



It starts with...


"Men, bagi lagu dong... kerjaan gua banyak." kata ijk satu hari pada Cik Mentari, salah satu rekan kerja. "Lagu Korea dah, biar nggak bisa gua nyayiin."

Without hesitation -malah matanya melebar saking semangatnya, dia nyuruh ijk dengerin "Butterfly"-nya BTS. Iya, BTS yang band Korea itu. Yang saban hari bikin Cik Men histeris: mukul-mukul meja tiap nonton mereka di Youtube.

Karena ijk emang eklektik, ya ijk dengerin lah. 
Ini ada thread-nya di mari tentang gimana "Butterfly" buat ijk.

Setelah itu, Cik Men yang emang udah rajin nge-feed berita tentang BTS (karena emang nggak ada temen ngobrol dan doi kebetulan duduk di sebelah ik) jadi tambah rajin nyekokin soal BTS. Mulai dari lagu terbaru (waktu itu "Young Forever" baru keluar), Rap Mon yang IQ-nya di atas rata-rata sampai titit Jimin yang kecil. Iya, dia se-absurd itu. TAPI IJK RINDU!

Waktu itu sih, ijk masih biasa aja. 
Excited #DemiMentari aja. 
Soalnya dia kalo lagi ngomongin BTS, meluap-luap gitu semangatnya hahaha... kan ciyan, kalo ijk-nya dingin.

Berhubung jatuh hati banget sama "Butterfly", coba lah dengerin "Young Forever." Ndilalah... lagunya enak juga. 
Hmmm... menarik nih, pikirku saat itu. 
Tapi, ya udah, that's it. 
Masih belom tertarik untuk kenal lebih jauh sama BTS.

Hingga kira-kira sebulan belakangan.

Sedikit banyak, ini salah Arshan sih.

Eh tunggu wait. Nggak sedikit. Ini total salah dia.

Feed hampir semua socmed doi selalu berhubungan sama BTS. FYI, Arshan nih salah satu temen yang paham juga soal ranah permetalan. Band idolanya itu Black Motorcyle Rebel Club dan Metallica. Jadi ketika dia gandrung sama cowok-cowok unyu cem boyband Korea gitu, terang aja agak aneh.

Karena ijk tau dikit-dikit soal BTS, mulailah tersempil obrolan soal mereka di tengah obrolan album baru Mastodon, drummer baru Burgerkill dan gosip-gosip underground hitam lainnya.

Ijk jadi agak curiga, sebenarnya BTS ini semacam MLM gitu. Member get member, jadi ketika ada orang sedikiiiit tertarik sama BTS, member lama bakal gencar banget promosiin mereka.

Dari situ, petualangan ijk di dunia BTS pun dimulai. Diawali dari tautan-tautan video yang dikirimin Arshan lewat WhatsApp, ijk jadi nontonin mereka. Dari awalnya nggak engeh ini siapa - itu siapa, secara mukanya mirip (waktu itu), sampai akhirnya coba mengenali masing-masing personil. Maksud awalnya sih, biar tahu "ini siapa dan apa kontribusinya buat BTS" karena ternyata tiap-tiap personil memang punya karakteristik yang beda-beda.

Mulailah, youtube-an tentang mereka. Keyword utama: BTS Facts. Tentu diselipi sama nontonin video klip mereka yang ijk akui, sungguh menarique. Menarique ceritanya, menarique koreografinya. Dalam perjalanan itu, timbulah sebuah rasa di dalam dada. Makin baca-baca cerita tentang BTS dan makin kenal (via dunia maya) sama mereka, kayaknya ijk mulai sayang.

Sayang, kalau ada waktu sekejap, ndak diisi sama mereka. Ya lagu, ya sketsa. Apapun itu.

Nggak cuma lewat tautan di Youtube, Arshan tiba-tiba ngasih akses ke sebuah aplikasi live streaming di mana BTS suka bikin series. Dikasih akses cuy! Soalnya dia udah bayar dan ngerasa sayang aja, kalo cuma dia yang bisa nikmatin. 

BENER-BENER LU YA EMANG, SHAN!

Makin ke sini, ya gitulah...
Abol mulai ngerasain apa yang ijk rasain saat masih ada Cik Mentari xD.

Makin ke sini, ya gitulah...
Ik fix jadi A.R.M.Y

Bingung.
Iya, pasti pada bingung.
Pada teriak, "gak panteeeees"

Tapi gimana ya, mereka menarik banget sik. Menarik bukan cuma tampilannya. Nyaris semua lagu mereka enak. Pake banget. Dan nyaris semua lagu itu diproduseri sendiri sama mereka. Jadi mereka bukan cuma modal ganteng doang. Memang berisi. Soal packaging menarik, ya itu kayaknya keluar karena mereka memang berkarisma.

Kalau ada yang nanya, "kenapa dah jadi suka (lagu) Korea?"

Well, sebenernya, jauh sebelum BTS, ik emang udah dengerin lagu-lagu (dan nonton drama) Korea. Jadi sebenernya ini bukan hal yang baru-baru amat buat ik. Cuma kalik ini, kadarnya memang lebih.

Dan setiap hari, terjatuh makin dalam sama BTS.

Kalo kata Arshan, "lo lagi di fase halu. Nikmatin aja."

Oh pasti.
I am enjoying this so much, ha ha...

There is no guilty pleasure. 

It's just pleasure.




Butterfly - BTS. Untuk Menemani Hari Penuh Pemikiran

1 komentar

I'm a big fan of chord minor serta chord half transpose alias yang suka pindah nada setengah-setengah. Rasanya unik dan menyenangkan. Bayangkan perasaan aku saat mendengarkan single BangTan Boys aka BTS, "Butterfly"

Yep, you heard it right... BTS as in boy band K-Pop yang sedang naik daun itu. Bukan tanpa alasan sih tiba-tiba ndengerin mereka. Jadi ceritanya, aku lagi banyak banget kerjaan dan butuh irama untuk menemani jemari mengetik. Berhubung enggan ikut bernyanyi, maka aku minta rekomendasi lagu dari Cik Mentari -biar aku nggak tahu lagunya dan nggak bisa ikut nyanyi. Lalu sama dia, dikasihlah lagu ini:



Like I said before, satu hal paling menarik dari single ini adalah, nadanya yang tiba-tiba turun setengah setelah part Reff. Mengejutkan tapi menyenangkan. This part really got me!

Untuk nada sih, standar ya... lagu cinta melankolis dengan sentuhan RnB dan smooth jazz yang menenangkan. Terus ditingkahi sama rap di tengah lagu. Tapi makin didenger, lagu ini beneran makin enak.

Makasih Mentari!

Mengatasi Rambut Rontok

3 komentar

Satu-satunya alasan kenapa postingan ini dibuat adalah sebagai reminder kalau kelak terjadi lagi hal serupa. Dan mungkin bisa membantu mengatasi masalah rambut.

MENGATASI RAMBUT RONTOK

Jadi, beberapa minggu kemarin aku mengalami salah satu masalah rambut paling nggak kece: kerontokan.
Rontoknya parah banget, bahkan nggak diapa-apain, helain rambut kerap berjatuhan. 

Pikir punya pikir, ada beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebabnya. Beberapa waktu sebelum beberapa minggu kemarin, aku sempat mencoba beragam hal untuk rambut.

1. Iseng bikin DIY vitamin rambut. Dari lidah buaya yang dicampur hair lotionnya Sotja. Tau dong, lidah buaya baunya kan asem kek ketek mbak-mbak, jadinya ramuan itu aku semprotin minyak wangi yang notabene mengandung banyak alkohol.
2. Mulai nyatok rambut. Berhubung di meja selalu siap sedia catokan milik Tatiana Canteng, cantik tapi ganteng, aku iseng nyatok rambut. 
3. Ganti shampoo. Biasanya pake Pantene. Tapi setelah sadar make Pantene nggak bakal bikin aku mirip Anggun, aku beralih ke Rejoice.
4. Pakai pelembab rambut merk L'oreal. Ini baru pertama nyoba.

Nggak lama setelah rentetan kejadian yang terjadi bersamaan itu, rambut aku mulai rontok. Makin lama makin parah. Sempat mengira kerontokan terjadi karena rambut udah terlalu panjang - akhirnya motong rambut sendiri, tapi ternyata bukan itu penyebabnya.

Mulai browsing shampoo yang bisa ngurangin kerontokan. Hampir banget mau mesen shampoo kuda yang hits berat di sisInstagram, tapi nggak jadi karena mahal. Lalu tergoda Furatase sisInstagram, dan lagi-lagi nggak jadi karena mahal... akhirnya beli Natur.

Yep, Natur. Shampoonya Agnezmo. Tapi salah pilih. Harusnya beli yang Ginseng yang bisa menguatkan rambut... tapi malah beli yang Green Tea untuk menyuburkan rambut. Setelah beberapa hari pemakaian, rontok masih belum berkurang, malah rambut tambah keset. 

Browsing-browsing lagi, ada yang menyarankan menggunakan rangkaian perawatan rambut Mustika Ratu. Berhubung aku kan anaknya sok-sok Nasionalis gitu, jadi tertarik banget untuk beli. Cari punya cari, katanya yang bisa ngurangin rambut rontok adalah Shampoo Bayam. Ceki ceki, eh... murah!

Setelah baca-baca, akhirnya beli rangkaian:
1. Shampoo Bayam. Bikin kuat akar rambut dan menjaga kulit kepala dari ketombe. Baunya enak banget. Kayak salon-salon tradisional gitu.
2. Bilasan Santan. Berhubung pemakaian Shampoo Bayam bikin rambut agak kering, harus banget pake conditioner ini. Ada lemon essence, jadi baunya seger. Me likey!
3. Cem-ceman alias Tonic Penyubur Rambut. Dipake setelah keramas. Baunya khas salon. Dingin di kulit kepala dan nggak bikin rambut kering. 

Cem-ceman - Bilasan Santan - Shampoo Bayam. 

Nggak nyampe sebulan pemakaian rutin [aku keramas tiap hari, karena kalau nggak keramas, rambut kayaknya lepek banget] rontok berkurang. Bisa dibilang, udah nggak rontok lagi lah. Waktu awal-awal pake, pas pijat-pijat kepala, rambut banyak yang copot. Sekarang nggak ada. Rambut juga jadi lebih lembut dan mulai agak tebelan.

Konklusi:

Nggak akan ganti shampoo lagi deh! recommended banget!


Harga Tinggi. Bukan Harga Mati.

0 komentar

Harga yang harus dibayar untuk kenyamanan, keseruan, kenyamanan [iya memang sengaja diulang] dan semua keseruan [dan ya, memang harus diulang] memang mahal :)

Dua kali bro.

Sanggup?

Hidup Memang Terlalu Lurus

0 komentar

Hidup ini memang terlalu lurus. Bahkan tidak berbelok saat ada tikus. Seperti merasuk lalu putus. Berhenti saat sudah haus. Berbicara soal muda, istri muda atau kawin muda, cerita memang selalu ada. Bahkan saat vampir memutuskan berhijab, atau Sailor Moon berubah jadi jahat.

PR memang mendengarkan dunia. Terutama saat kau pikir, kaulah segalanya. Pusat perputaran rotasi dunia. Ketika hanya cerita tentang mereka. Atau dia. Bosan sekali aku yakin yang kau rasa.

Lalu bercerita lebih panjang. Soal dunia yang terbuang. Cara-cara tetap berjuang. Meski jalan depan sudah terhalang. Memang menyenangkan. Melongok isi pesakitan. Milik orang. Padahal diri sendiri juga cenderung berantakan.

Ah.

Andai saja kalian tahu. Betapa ingin aku lemparkan ludah saat cerita berlagu.

Ah.

Andai saja kalian tahu. Aku sangat rindu. Tak ingin berhenti hingga hari Sabtu.


- untuk temantemanku

in between

0 komentar

i always got in between
either bad nor good
either black nor white
either left nor right

most of mine already decided
they went bad or good
they went black or white
they went left or right

and i just stay in between
enjoying the frames they offers
frames that contains fight, anger and hypocrishit

well,
sit back and relax
and just enjoy the show
*snoring

Tidak Mandi = Pengiritan

0 komentar

Sesungguhnya:

"Tidak mandi seharian di hari libur itu berarti pengiritan. Kenapa? bukan hanya karena alasan standar, 'irit air' yang sudah tidak lucu lagi, melainkan karena anda jadi enggan keluar rumah lantaran masih dekil. Alhasil, duit yang mungkin saja keluar untuk jajan, bensin, parkir dan belanja tidak jadi terpakai."

Good!

Ini Diriku, Aku Deskripsikan. Kamu?

0 komentar

Agak sulit menjawab pertanyaan,
coba dirimu, kamu deskripsikan!
mau kemana lima tahun ke depan?
punya visi misi apa buat perusahaan?
*lah, interview kerjaan?

tapi memang,
berat benar mencari jawaban
soal diri sendiri harus digambarkan
mesti mikir depan belakang
biar terdengar tenang
sekaligus mapan

jadi..

Ok, namaku Ajeng. Ibu dari satu putri bernama Sotja Wening Andharu. Tinggi badan sekitar 167 dan berat sekitar 68. Terlihat besar, karena punuknya gendut dan dada yang agak lebar. Rambut berombak cenderung kusut sebahu lebih sedikit. Berkacamata dan berjam-kanan. Selalu membawa lipstick di kantong, kalau ketinggalan bisa betek seharian. Tidak suka kuku panjang karena susah makan pakai tangan dan bikin hidung luka saat ngupil. Sudah sekitar 7 tahun jadi wartawan, tapi sama sekali belum nerbitin buku [memang bukan acuan sih, tapi begitulah]. Sekarang bekerja di sebuah digital agency, megang produk susu hamil berinisial L a c t a m i l. Kerjaannya? ngoprek socmed sepanjang waktu. Paling suka menumpahkan pikiran ke dalam kata-kata. Pakai keyboard atau pakai pena. Lalu kata-katanya ditempelkan ke blog tercinta atau twitter saja. Doyan makan, tapi jarang jajan. Cenderung slordeh dan sedikit jorok. Sedikit. Tapi bukan jorok yang kinky, lebih ke jorok yang abadi. Bakat? nampaknya tak ada yang spesial. Sedikit bisa nyanyi, sedikit bisa main gitar, sedikit bisa berdeklamasi, sedikit bisa masak, sedikit bisa ngedance like agnes, sedikit bisa nulis, sedikit bisa ngetik cepat [90wpm bro]. Punya dunia lain dalam otaknya. Kalau butuh khayalan, tinggal buka laci dan khayalannya muncul dan bersambung. Banyak baca buku-buku komunis, yahudi, betawi, hehantuan, misteri dan hal-hal aneh. Tapi jadi pendiam kalau ada yang cerita soal topik di atas. Cenderung jadi pendengar dibanding mengemukakan apa yang sudah dibaca karena malas dicap sok tahu. Sedang belajar ukulele. Sudah bisa beberapa lagu. Bukan pendiam, tapi harus lihat kondisi dulu. Jika sang lawan tidak menyenangkan, lebih baik ditinggalkan. Bukan pembela FPI namun anti liberalisme kebablasan yang merusak dasar kehidupan. Tidak bermasalah dengan LGBT selama mereka tidak menggangguku. Lebih terganggu sama bencong pengamen pemabuk yang hobinya memaksa minta recehan-kalo-gak-dikasih-ngamuk. Sama sekali tidak suka dengan orang-orang yang menyetir kendaraan tidak di tempatnya [mobil pribadi masuk busway atau motor naik trotoar atau mereka yang melawan arah]. Sama sekali tidak suka juga dengan orang yang membuang sampah tidak di tempatnya. Orang macam begini adalah sampah. Cenderung beringas. Cinta damai tapi seringkali punya keinginan untuk berkelahi di jalan. Terutama sama orang-orang sampah. Selalu tersesat di dalam mall. Selalu ngantuk terkena ac mall. Tidak mengerti merk mahal.

Kira-kira seperti itulah.

Kalau kamu?

Aku Di-unfollow Anak Kecil

0 komentar

Jadi waktu itu tanpa sengaja, baca twittan seorang kolega, yang berkata
"unfollow aja lah, gak mutu omongannya"

Entah kenapa,
Ada dorongan untuk klik profilenya
Ternyata,
doi mengunfollow saya..

Hmm...
Rada gimana gitu
Kesel tapi bodo gitu
Pengen ketawa tapi kesel gitu

Iya tahu saya,
Situ pinter orangnya
Mutu omongannya
Kalau ngeblog saja,
Pakai bahasa Sansekerta
xD.

Tapi ya sudahlah ya
Hak dia
Mari unfollow bersama
:)

petasan bukan ledakan. hanya sekali-kali menjemukan.

0 komentar

jadi inilah rasanya jadi mereka yang tinggal di jalur perang?
mendengar deru ledakan dari kejauhan
hanya berharap bukan atap mereka yang tertiban
lalu kehilangan

lalu kenapa kalian tertawa?
seperti bahagia?
jatuhnya bangga?
lalu jumawa?

manusia

Masih Tentang Metal

0 komentar

Oh iya,

dan saya bukan anak metal.

Terimakasih :)

masih, kenapa metal?

0 komentar

Ya kenapa enggak?

Metal.
Well,  segahar namanya,  genre ini memang gahar.
Tapi bukan berarti karena aku mau sok gahar,  lantas dengerinnya metal.
Bukan juga karena alamat emailnya ajeng_metal xD.

Entah kenapa,  this kind of music could really relaxing. Benar-benar bikin tenang. Bukan sekedar ikut-ikutan,  tapi kenyataan.

Saat pusing,  sakit kepala,  ngantuk,  sedih,  marah,  bodoh dan bosan. Lapar atau butuh me time,  di sanalah aku akan berada. untaian nadamya jauh dari kata menjemukan,  meski terkadang butuh waktu untuk mencerna liriknya,  tapi emosi yang tertuang lewat distorsi atau cacian yang terekam  lewat teriakan mampu menghapus duka dan merajut asa.

Jadi,
Kenapa metal?
Ya kenapa enggak?

Sama sekali bukan untuk terlihat keren atau apa. Kalau memang hati sudah bicara,  kamu bisa apa?

Dan aku jarang banget bilang "aku suka lagu metal."
Sama sekali tidak.
Lebih suka menyebutnya,  lagu paforit.

Tidak berharap akan dimengerti. Toh ujungnya akan mati.

The Ancient of Covenant

0 komentar




Setiap lagu itu punya kekuatan masing-masing untuk mengajak mereka yang mendengarkan menguak kenangan atau malah menciptakan imaji yang berbeda-beda. Pun dengan lagu yang ini, “Ancient Covenant” miliknya The Faceless.

The Ancient Covenant by The Faceless on Grooveshark

Bukan keseluruhan lagunya sih, hanya bagian outro. Saat suara robotic intergalactic memenuhi ruang dengar di tengah lajunya kehidupan rimba ibukota.

Sepertinya, lagu yang diambil dari album kedua mereka, Planetary Duality ini bercerita soal gimana kaum dulu ternyata memang sudah tahu bahwa ras alien akan suatu saat menggilas ras manusia di bumi. Keterbukaan mereka menjadikan kaum dulu [mungkin Mayan atau Aztec –mungkin] immortal dan mendapat tempat terbaik di bumi kelak.

-atau mereka memang alien?
*jadi inget Ancient Alien

Ini liriknya,
Part dimana
Aku suka pengen nangis tiba-tiba..

Ancients join the ranks of gods for their curses of destined generations


Sekilas info, Planetary Duality ini memang based on bukunya David Icke, The Children of Matrix yang menceritakan soal bagaimana ras alien ternyata sudah menguasai dan mengontrol dunia sejak dulu.   

Ojek Jangan Di Ejek

0 komentar

Ojek itu sekarang sudah jadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia kawasan tengah kota. Kalau dulu, artis naik ojek saja jadi bahan pergunjingan. Karena dirasa, “ohmen.. masa artis beken naik ojek-kenapa nggak naik taksi sih kan duitnya banyak?”, sekarang sudah biasa.

Yah, kecuali kalau yang naik itu Obama. Dia sih apa-apa dikit yang berhubungan sama Indonesia, ya mesti jadi pembicaraan.
*inget satay ayam-nasi goring dan menteng

balik ke ojek.

Secara ya, halanan Hakarta *no ini bukan typo –sungguh keham adanya. Macet dimana-mana. Janji temu dimana-mana. Apalagi lah yang bisa mengantarkan diri ke tempat lain dalam waktu singkat? Mengingat waktu tempuh yang abnormalnya dijalani sekitar 15 menit, harus rela ditambah jadi 45 menit di waktu normal.
*cat: waktu abnormal adalah saat-saat tenang. Seperti hari-hari akhir puasa atau setelah banjir besar.

Saking kuatnya ojek, sampai-sampai kalau ada janji ketemuan, di otak langsung mikir jalan mana yang bisa ditempuh dengan ojek. Dan kira-kira berapa ongkirnya.

Beberapa waktu lalu, I mesti pergi ke tengah kota. Karena badan kurang enak, suasana kurang asik, akhirnya diputuskanlah untuk menggunakan ojek agar sampai di tempat tujuan dengan selamat dan cepat. Jadilah, dari Cileduk – Kuningan berojek-ria dengan ongkos: 70rb plus sebotoh pucuk harum.

Nah, semalam aku bermimpi ~ mimpi buruk sekali..
*eh apa sih

Semalam aku juga ada janji temu dengan seorang teman untuk suatu hal di bilangan selatan ibu kota. Awalnya mau naik bus, karena jaraknya tidak terlalu jauh. Etapi ternyata, pas jam pulang kantor , hujan turun dengan derasnya. Mengakibatkan si pacar tidak bisa datang *mbak, ini kan bukan lagu dangdut!

**iya maaf, kelepasan

Karena hujan itu, aku berangkatnya mepet-mepet. Setelah SMS menjelaskan akan datang telat, aku beranjak menuju ojek depan STC. Tawar menawar, dia mengajukan 30rb dan aku keukeuh 25rb. Sok jual mahal, lalu pergi –eh malah gak dipanggil kembali. H U F T. ya sudah, jadinya naik kopaja 19 turun di seberang Pasaraya Blok M. dari situ, niatnya mau naik ojek. Karena aku pikir, akan lebih murah dari tawaran ojek pertama depan stc tadi.

Ndilalah…

Ojek kedua yang aku temui berasal dari Sumatera Utara, terlihat dari aksen dan gesture tubuh yang kebatak-batakan. Dengan enteng si abang itu membuka harga 5orb!
Astaghfirullah… kebangetan emang…

“Emang maunya berapa?” Tanya si abang berbadan besar itu
“Ya elah bang, kalau saya sebut ntar marah… nggak usah deh, nggak papa.. terima kasih,” kataku santai sambil ngeloyor meninggalkan si abang apeu itu.


20 m dari situ, ada ojek lagi. Kali ini bapak-bapak sudah agak tua dan berasal dari Jawa. Pas aku bilang mau ke sini, dia buka harga 30rb.
“Pak, masa dari Senayan 30rb, dari sini juga segitu.. saya pikir dari sini lebih murah..” kataku agak kaget. Tapi tetap pasang senyum dan menggunakan aksen Njawi, biar dianggap akrob gitu. “10 atau 15 deh ya..”
“Yah neng, gak deh kalau segitu..”  tampiknya kembali mundur.
“Ya sudah nggak papa Pak. Makasih,” kataku tetap senyum. “Saya jalan aja ke sana *nunjuk sembarang*”

Tiba-tiba entah ada angin apa, seorang bapak ojek menghampiri. Dengan sedikit panic dan cukup bikin kaget.

“Tunggu di sini neng, pasti ada kok ojek yang mau.. udah tenang aja. Diam di sini dulu..” katanya cepat sambil berjalan ke arah kumpulan ojek.
“Pak, nggak usah.. kalau nggak ada ya nggak apa-apa…” teriakku agak kaget. Tapi dia keburu berlalu. Tak lama, dia kembali sama ojek yang bersedia mengantarkan aku ke lokasi dengan ongkos 15rb saja.

Inti dari cerita ini:
Masih ada orang baik!
Sok asik aja sama kang ojek. Mereka juga manusia kok.
*apasih?


Digitalize Your Ears

0 komentar

Taik ah judulnya!

Ini semua gara-gara tiba-tiba nyangklong di blog beberapa penggiat skena musik *apalahapadeh...
Robin Malau dan Widi Asmoro
*nama pertama sih bukan tanpa sengaja-tapi emang searching lantaran satu hal xD.

Ada salah satu postingan yang ngebahas soal rilisan fisik dengan digital. Setelah baca-mundarmandir-lalu makan bengbeng, sok-sokan mengambil kesimpulan sendiri, 

Bahwasanya:
"Sepertinya rilisan fisik macam CD, vinyl atau kaset *cuma mas apink yang bisa! haha...* bukan lagi sebagai media utama untuk mendengarkan musik. Baca: MENDENGARKAN musik."

Yep, banyak media lain yang jauh lebih asik untuk mendengarkan musik.

Digital.

Tinggal unduh.. voila, bisa didengerin langsung.
Karena toh, agak jarang sekarang anak nongkrong lawson bawa leptop demi wifi gratisan lalu puter cakram di dvd-rom mereka
*eh bener kan analoginya?
**ini ngikik beneran...

eniwei..
Berapa orang sih yang 'rela' ngeribetin diri dengan membawa, 1 smartphone - 1 CD player - dan beberapa CDs dalam tas kalau ada 1 smartphone berisikan lagu-lagu hasil unduh yang tinggal tancep earphone?

Seperti juga Mas Men saya pernah bilang,
"Ngapain pake bawa-bawa player, dengerin aja lagu di henpon" - Pradipta, 2013

Iya. Seperti itu.

Tapi jangan sedih brur...
bukan berarti CD akan mati.
Lihat tuh vinyl. 5 tahun lalu, mana lah cakram segede piring buah ini dilirik oleh kaum mainstream *kalau tidak mau disebut hipster* tapi sekaraaaaang.. ohmen.. lo gak gaul kalau lo gak koleksi vinyl.

Ok, ini mungkin sounds wrong.. i know lots of peeps yang memang appreciate the music by buying vinyls - bukan hanya mereka yang 'pura-pura' demen padahal ya ra ngerti x/ Tapi hey, memang seperti itu kan yes? 


Jadi sebenarnya ini pilihan sih. Kalau memang anda tidak mau ribet dengan keharusan masang cakram untuk dengerin, mungkin satu-dua single hits, akan lebih baik memilih digital music sebagai teman.
*walau kadang agak ribet juga step-step untuk unduh legal*

Sedang anda yang loyal dan ingin menyimpan memory kece soal band favorit, CD tetap bisa jadi pilihan. Ini peluang buat musisi untuk makin mendekatkan diri dengan fans. Buatlah gimmick-gimmick CD yang bikin CD anda long-lasting.
*bukan kolor-bukan kondom*

**jadi inget, dulu tiap interview suka nanya, "ada gimmick ada di CD baru" dan banyak dari mereka yang nggak engeh dan terkesan tidak peduli, bahkan ada yang jawab, gimmick di CD ini adalah: ada lirik di sleeve #InterviewApeu

Lalu intinya?
CD itu mungkin tak akan mati, tapi berjalan pelan, steady dan akhirnya hanya waktu yang bisa memilah, mana sahabat CD mana sahabat miras *eh salah blog*
maksudnya, mana sahabat CD mana yang pura-pura..
yah. kira-kira begitulah...

purapura

1 komentar

memang apa yang akan ditangisi?
serunya jadi orang penting dalam acara?
dimanisi orangorang yang bahkan gak akan negor kalo gak ada cerita?

dengan begini kami bisa tahu
mana yang nyata
mana yang purapura..

ubi basi

0 komentar

sebenarnya basi sih
pindah cuma kareba materi
faaak!

ke lagu ke labu