Tampilkan postingan dengan label review. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label review. Tampilkan semua postingan

RAN feat. Kahitna - Salamku untuk Kekasihmu yang Baru

0 komentar




Jadi gini,
Belakangan ijk lagi suka sama kolaborasi apik RAN dan Kahitna. 
Kenapa?

Ini alasannya:

Selain dua band itu memang favorit. Kolaborasinya cakeup. 
Sama-sama kuat, nggak timpang. 
Biasanya kan, kalo featuring gini, yg satu lebih kuat.


Verse pertama itu RAN banget. 
Petikan gitarnya khas. 
Apalagi suaranya Nino. 

Setelah reff... 
Suara oom-oom ganteng cayangan terdengar...

DAN ITU KAHITNA BANGET! 
Gilak!
Ibaratnya, mereka lagi manggung bedua, terus gantian nyanyi. Tapi sama sekali nggak putus. 
Smooth abis.

Kalo lo fans dua-duanya, lo kayak jalan di atas tali. 
Kanan RAN - Kiri Kahitna.. 
Jatuh ke manapun, enak hahaha.. 
Ciri masing2 kerasa banget.

Nonton videonya deh. 
Dengerin pas menit 1:53.
Itu aku tepuk tangan lho, hahaha! 

Lemah aku kalo mereka udah bagi suara. 
Lemaaaah!

Ada satu sik yang kurang. Kurang ye ye ye ala Kahitna, hahahaa...
Overall, ini kolaborasi asik banget. 
Keliatan kedewasaan masing-masing.


OTOY!

BTS dan Cerita Perjalanan Menuju A.R.M.Y

0 komentar



It starts with...


"Men, bagi lagu dong... kerjaan gua banyak." kata ijk satu hari pada Cik Mentari, salah satu rekan kerja. "Lagu Korea dah, biar nggak bisa gua nyayiin."

Without hesitation -malah matanya melebar saking semangatnya, dia nyuruh ijk dengerin "Butterfly"-nya BTS. Iya, BTS yang band Korea itu. Yang saban hari bikin Cik Men histeris: mukul-mukul meja tiap nonton mereka di Youtube.

Karena ijk emang eklektik, ya ijk dengerin lah. 
Ini ada thread-nya di mari tentang gimana "Butterfly" buat ijk.

Setelah itu, Cik Men yang emang udah rajin nge-feed berita tentang BTS (karena emang nggak ada temen ngobrol dan doi kebetulan duduk di sebelah ik) jadi tambah rajin nyekokin soal BTS. Mulai dari lagu terbaru (waktu itu "Young Forever" baru keluar), Rap Mon yang IQ-nya di atas rata-rata sampai titit Jimin yang kecil. Iya, dia se-absurd itu. TAPI IJK RINDU!

Waktu itu sih, ijk masih biasa aja. 
Excited #DemiMentari aja. 
Soalnya dia kalo lagi ngomongin BTS, meluap-luap gitu semangatnya hahaha... kan ciyan, kalo ijk-nya dingin.

Berhubung jatuh hati banget sama "Butterfly", coba lah dengerin "Young Forever." Ndilalah... lagunya enak juga. 
Hmmm... menarik nih, pikirku saat itu. 
Tapi, ya udah, that's it. 
Masih belom tertarik untuk kenal lebih jauh sama BTS.

Hingga kira-kira sebulan belakangan.

Sedikit banyak, ini salah Arshan sih.

Eh tunggu wait. Nggak sedikit. Ini total salah dia.

Feed hampir semua socmed doi selalu berhubungan sama BTS. FYI, Arshan nih salah satu temen yang paham juga soal ranah permetalan. Band idolanya itu Black Motorcyle Rebel Club dan Metallica. Jadi ketika dia gandrung sama cowok-cowok unyu cem boyband Korea gitu, terang aja agak aneh.

Karena ijk tau dikit-dikit soal BTS, mulailah tersempil obrolan soal mereka di tengah obrolan album baru Mastodon, drummer baru Burgerkill dan gosip-gosip underground hitam lainnya.

Ijk jadi agak curiga, sebenarnya BTS ini semacam MLM gitu. Member get member, jadi ketika ada orang sedikiiiit tertarik sama BTS, member lama bakal gencar banget promosiin mereka.

Dari situ, petualangan ijk di dunia BTS pun dimulai. Diawali dari tautan-tautan video yang dikirimin Arshan lewat WhatsApp, ijk jadi nontonin mereka. Dari awalnya nggak engeh ini siapa - itu siapa, secara mukanya mirip (waktu itu), sampai akhirnya coba mengenali masing-masing personil. Maksud awalnya sih, biar tahu "ini siapa dan apa kontribusinya buat BTS" karena ternyata tiap-tiap personil memang punya karakteristik yang beda-beda.

Mulailah, youtube-an tentang mereka. Keyword utama: BTS Facts. Tentu diselipi sama nontonin video klip mereka yang ijk akui, sungguh menarique. Menarique ceritanya, menarique koreografinya. Dalam perjalanan itu, timbulah sebuah rasa di dalam dada. Makin baca-baca cerita tentang BTS dan makin kenal (via dunia maya) sama mereka, kayaknya ijk mulai sayang.

Sayang, kalau ada waktu sekejap, ndak diisi sama mereka. Ya lagu, ya sketsa. Apapun itu.

Nggak cuma lewat tautan di Youtube, Arshan tiba-tiba ngasih akses ke sebuah aplikasi live streaming di mana BTS suka bikin series. Dikasih akses cuy! Soalnya dia udah bayar dan ngerasa sayang aja, kalo cuma dia yang bisa nikmatin. 

BENER-BENER LU YA EMANG, SHAN!

Makin ke sini, ya gitulah...
Abol mulai ngerasain apa yang ijk rasain saat masih ada Cik Mentari xD.

Makin ke sini, ya gitulah...
Ik fix jadi A.R.M.Y

Bingung.
Iya, pasti pada bingung.
Pada teriak, "gak panteeeees"

Tapi gimana ya, mereka menarik banget sik. Menarik bukan cuma tampilannya. Nyaris semua lagu mereka enak. Pake banget. Dan nyaris semua lagu itu diproduseri sendiri sama mereka. Jadi mereka bukan cuma modal ganteng doang. Memang berisi. Soal packaging menarik, ya itu kayaknya keluar karena mereka memang berkarisma.

Kalau ada yang nanya, "kenapa dah jadi suka (lagu) Korea?"

Well, sebenernya, jauh sebelum BTS, ik emang udah dengerin lagu-lagu (dan nonton drama) Korea. Jadi sebenernya ini bukan hal yang baru-baru amat buat ik. Cuma kalik ini, kadarnya memang lebih.

Dan setiap hari, terjatuh makin dalam sama BTS.

Kalo kata Arshan, "lo lagi di fase halu. Nikmatin aja."

Oh pasti.
I am enjoying this so much, ha ha...

There is no guilty pleasure. 

It's just pleasure.




Senandung Senandika - Maliq & d'Essentials

0 komentar

Jatuh cinta lagi.
Dan itu menyenangkan sekali.
Bukan pada siapa, tapi apa.
Terima kasih semesta!




Ini single terbaru miliknya @MaliqMusic dan baru banget denger semalam. Nggak perlu waktu lama,  single yang diambil dari album "Senandika" ini langsung nempel di kepala. Soal musikalitas, ya kali... nggak usah diragukan lagi. Seperti postingan ini, ogut bilang @MaliqMusic ini mencapai kedewasaannya dalam bermusik dengan anggun. 

Anyway, balik ke single Senandung Senandika, belakangan ogut lagi seneng banget dengerin The Night Flight Orchestra, begitu kena nada dari lagu Maliq ini, bah... langsung kena!

Nuansa pop synthz '80an terasa banget dari sejak nada menjejak di bar pertama. Meningkat dengan rapat dan mencapai klimaks dengan sempurna di akhir lagu. Jikalau Anda penikmat karya Fariz RM atau Dodo Zakaria (lawas yeh) di era keemasannya, Anda pasti bakal naksir sama lagu ini. 

Terus ya, ogut nih termasuk barisan pembaca lirik -yang kadang gagal jatuh cinta sama sebuah lagu gegara lirik yang 'apeu' banget. Nah, syukur alhamdulillah, lagu ini bisa dibilang paket lengkap: musik mantap, lirik tepat. 

Selintasan pertama, ogut mikir kalau ini lagu cucok banget diputer di momen-momen Pilkada endebrey. Berat? Nggak juga. Dan itu hebatnya @MaliqMusic yang mampu bercerita dengan diksi pilihan, berisi yet ringan. Ringan yet berisi.

Senang betul rasanya mereka ngeluarin lagu ini. 
Jadi punya lagu uplifting tambahan lagi!

Definisi Bahagia - Vidi Aldiano

0 komentar

Lagi muter-muter di Youtube, stumble upon lagu barunya Vidi Aldiano ini. Dari intro, rasa Maliq & d'Essentials terdengar jelas. Langsung deh, kontak fans Maliq garis keras, +Putri Indah Macharani aka @pohanpow dan ternyata, emang nih lagu "dimasak" juga sama Maliq. Ha ha ha...

Terus katanya Pohan lagi, hampir semua lagu yang masuk ke Organic, sound-nya bakal kayak gitu. Gileee... kuat juga ya.

Tapi, Maliq & d'Essentials ini termasuk salah satu musisi yang kayak nggak butuh uang gitu. Mereka enak aja nyiptain karya, serah dah pasar love or ndak. Jadi hasilnya emang cakep banget. Cem Harry Roesli gitu lah :D




Eh, lalu...
Balik lagi ke single barunya Vidi Aldiano, sependengaran aku yang cuma tahu lagu enak sama nggak enak ini, lagu-lagunya doi emang ringan-ringan, tapi nggak cemen. Dan itu terpapar di "Definisi Bahagia" juga. Secara musik, ya nggak usah ditanya lah ya.. kan udah jelas itu, hasil olah otak geng Maliq & d'Essentials xD. Kali ini kita ngobrolin liriknya aja dan menurut aku yang hobi kata berima (makanya hobi pantun), liriknya kuat. Banget.

Betapa Vidi (atau entah siapa yang nulis lirik -belom riset) mampu menyatukan kalimat ringan tapi jadi berisi. Gimana "definisi bahagia" bisa dengan mudah diucapkan lidah, karena maknanya langsung tergambar begitu saja. Nice!

Menurut aku lagi, lagu ini paket lengkap untuk nemenin kamu memulai hari. Another uplifting song lah...

Oh, satu lagi kejutan manis yang sukses bikin lepas earphone di tengah lagu karena kirain ada geluduk -eh, ternyata adegan Vidi jatuh xD.

Brighter As One - Alexa. A Simple Review.

0 komentar





Alhamdulillah...
Nambah lagi lagu "menggugah yang bisa bikin semangat." Thanx to @AlexaTheBand atas single barunya, Brighter as One!

Intronya, diisi sama string section sederhana yang mampu membangun -perlahan tapi pasti. Verse pertamanya, macam dicolek pelan sama nyokap buat bangun pagi. Berkali-kali denger, bahong banget kalo nggak ikutan nyanyi -or at least goyangin pala atau nyengir sendiri sok-sok mau bangun terus buka jendela dan menantang matahari. I know i did xD.

Beberapa waktu lalu, aku sempet bilang ke mereka, Alexa cuma satu kurangnya: lirik yang terlalu apa adanya [secara aing kan fans lalu lama yang liriknya lebay], di lagu ini... well, well done sik kalau kata ogut. 

Yang paling juara, IMHO tetep isian drum-nya Fajar. Kurang paham juga sih sebutannya apa, cuma itu canggih banget buat bikin semua lagu Alexa jadi berisi. Literally berisi. Nice!

Long story short, Alexa never fails me lah!



Indonesia Maharddhika - The Review

0 komentar

Sudah lama nggak ngereview album. Maklum sibuk berat. Seberat badanku yang hampir sekuintal ini #Menuju1kuintal #


anyhoo…

Postingan kali ini aku nggak mau ngereview album sik. Terlalu berat. Apalagi karena albumnya emang berat… Indonesia Mahaddhika xD. Jadi mau coba menceritakan aja, beberapa lagu ngehek yang menurut aku outstanding banget.

Lagu pertama:

“Haruskah Aku Berlari”

Aslinya ini emang lagu Cockpit, cuma ganti vokaler, secara Kak Freddy -sang vokalis sebenarnya, sudah tiada. Kenapa aku bilang lagu ini ngehek, karena nggak ngegambarin isi album yang njlimet. Lagu ini adalah lagu paling pop -di album ini. Meski ringan dan mengalun beruansa ‘80an terasa banget, progresi nadanya terasa banget. Tuit-tuit naik turun setengah dua tengah. Berasa dengerin RushxGenesis. Menyenangkan. Dijamin, lo bakal langsung ikutan nyanyi bareng. 

Lagu kedua:

“Ragu/Sibancar Layo”

Nah, ini nih salah satu paling aku reken dari album ini. Kaya. Kaya dalam arti sebenarnya. Lo bisa denger perpaduan jazz, funk hingga world music di mari. Dibuka sama scatting yang mumpuni, ditingkahi funk jazz yang kental, seperti di lounge orang-orang priority yang tengah menikmati wine syedap. Masuk ke verse 1, nuansa pop agak terasa… dan masuk ke bagian reff… light jazz yang beneran ringan akan menemani. Verse 2 masih pengulangan verse awal. 

Begitu lepas reff, kita akan disuguhi musik yang kaya dan penuh progresi nada. Setelah itu… WOW! nuansa world music, masuk tanpa permisi. Mereka menyampling sebuah lagu daerah dari Batak Karo berjudul “Sibincar Layo” dan kembali ditutup dengan funk jazz ala Casiopea sebelum kembali menyampling bebunyian alat musik tiup khas Tanah Karo. Fiuhhhh….

Criminal Minds - The Series

0 komentar

HOW MUCH I LOVE CRIMINAL MINDS?


Too much!

When in doubt, watch it.
When in pain, watch it.
When in trouble, watch it.

You'll find out, its worst out there... more than you think you had.

It makes you grateful, somehow.
And it entertains you :D



Butterfly - BTS. Untuk Menemani Hari Penuh Pemikiran

1 komentar

I'm a big fan of chord minor serta chord half transpose alias yang suka pindah nada setengah-setengah. Rasanya unik dan menyenangkan. Bayangkan perasaan aku saat mendengarkan single BangTan Boys aka BTS, "Butterfly"

Yep, you heard it right... BTS as in boy band K-Pop yang sedang naik daun itu. Bukan tanpa alasan sih tiba-tiba ndengerin mereka. Jadi ceritanya, aku lagi banyak banget kerjaan dan butuh irama untuk menemani jemari mengetik. Berhubung enggan ikut bernyanyi, maka aku minta rekomendasi lagu dari Cik Mentari -biar aku nggak tahu lagunya dan nggak bisa ikut nyanyi. Lalu sama dia, dikasihlah lagu ini:



Like I said before, satu hal paling menarik dari single ini adalah, nadanya yang tiba-tiba turun setengah setelah part Reff. Mengejutkan tapi menyenangkan. This part really got me!

Untuk nada sih, standar ya... lagu cinta melankolis dengan sentuhan RnB dan smooth jazz yang menenangkan. Terus ditingkahi sama rap di tengah lagu. Tapi makin didenger, lagu ini beneran makin enak.

Makasih Mentari!

LYLA - Turis. Berbeda!

0 komentar


Ha ha... 
Kaget danger single barunya LYLA ini. Berawal dari postingan di milis wartawan musik tentang album baru mereka. Iseng baca-baca, kok kayaknya menarik karena konon katanya lintas genre, langsung lah aku klik video mereka.

Dibuka sama denting ukulele, single ini sukses bikin senyum sendiri -bukan cuma karena belakangan emang lagi suka ngulik ukulele, tapi karena kaget LYLA yang sebelumnya mellow romantis bisa [berani] untuk tampil sebeda ini. Nice one, gaes!

Rasanya kayak diajak plesiran di pinggir pantai, disengat panas matahari sambil minum es kelapa dingin. Bikin girang. Padahal maknanya dalem tuh... tentang orang yang sebel karena kekasihnya cuman main-main di hatinya bentar terus cabut lagi. Yah, macam #SepertiKometYangMelesat lah xD.

Aku sih belom denger keseluruhan albumnya, tapi menilik dari "Turis", nampaknya album mereka cukup menjanjikan. 

Keren.

Dan mungkin ini bisa jadi masukan buat band-band lain sejenis -yang mengatasnamakan cinta dengan denting nada pilu untuk meraih massa, bahwa kalau memang kalian percaya diri dan punya kualitas bermusik yang ok, pendengar musik bakal tetap kasih support kok.



Oh, What a Life. Sebuah review album miliknya American Author

0 komentar

Butuh album berisikan lagu yang bisa meningkatkan mood anda ke titik terbaik?
Coba dengarkan Oh What a Life miliknya American Author!

Jujur saja, tak butuh waktu lama untuk jatuh cinta pada mereka. Tak puas mendengar mereka satu putaran semata. Tiap lagunya bercerita tentang cita dan kehidupan dengan gaya yang menyenangkan.

Yes, menyenangkan.
Menyenangkan dalam artian bisa bikin senyum-senyum sendiri. Literally.

Musiknya rasa Amerika Serikat. Dingin, kering, tipis dan patriotik. Mungkin karena isian banjo yang bold. Seperti mengingatkan kita pada Granpa Joe di Hoodie Farm, di Utara Amerika. Mungkin. Saya belom pernah ke sana. Ha ha.

Pertama kali jatuh hati pada mereka saat sedang bertamu di 8tracks. Dengan kata kunci, roadtrip + best friend, saya menemukan salah satu tembang mereka yang juga diplot sebagai single pertama dari album ini, "Best Day of My Life". Seperti apa? rasanya judulnya sudah menggambarkan kok. Ringan. Menyenangkan. Penuh dengan positive attitude ala Agnezmo.

Anyway.
Dibuka dengan "Believer" yang upbeat dan penuh dengan personal statement, suara tipker-nya Zac sang vokalis yang nyaris selalu bernada tinggi, seolah menggelitik leher untuk ikut bernyanyi -hafal ataupun tidak.

Kalau harus memilih, "Love" saya tasbihkan menjadi track vaforit di debut album band ini. Rasanya perpaduan antara Bryan Greenberg dan Ben Barnes. Udah gitu aja.

Overall,
album ini adalah pilihan tepat jika anda ingin mendengarkan musik yang easy namun tidak easier *apeu

Pilihan tepat untuk diputar saat menghadapi deadline segunung. Dijamin, anda akan terpapar PMA lezat seperti pinggiran kering turkey di hari Thanksgiving.

A Night of Reunion with Boyzone: A Review dari fans agak berat. Badannya.

0 komentar

-->

Boyzone Concert - seperti tercetak di Trax Magazine edisi Juni 2015

MENDADAK HISTERIS
Walau sudah tidak muda, teriakan barisan fans garis keras grup vocal ini masih mampu menggetarkan dinding Istora!

A Night of Reunion
BOYZONE: BACK AGAIN NO MATTER WHAT
JUMAT, 22 MEI 2015
ISTORA SENAYAN, JAKARTA

SELEPAS Maghrib, di tengah kemacetan ibu kota yang makin hari makin ajaib, tiga perempuan muda yang ditengarai berkantor di bilangan Sudirman –terlihat dari setelan necis yang mereka kenakan, nampak berjalan cepat ke arah Istora. Celotehan ringan sambil menyebut beberapa nama terdengar jelas. Menilik dari nama yang mereka sebut, jelas lah kalau mereka sedang menuju lokasi konser Boyzone.

Di venue, antrian di depan gate sudah mulai memanjang. Rata-rata, seperti tiga perempuan tadi, berusia antara 25 – 40 tahun dan rata-rata sudah tidak sabar bertemu idola masa remajanya dalam konser yang dipromoteri oleh Full Color Entertainment dan Hype ini. Banyak di antara mereka, mengenakan bando yang bisa menyala dan kaos bertuliskan Boyzone.

Pukul 20.15, panggung gelap. Istora yang malam itu hampir penuh mulai menggila. Teriakan “Boyzone… Boyzone…” mengisi udara. Sempat basa-basi sedikit dengan MC dan menonton video dokumentasi saat Boyzone tiba di Jakarta, Ronan Keating, Keith Duffy, Mikey Graham dan Shane Lynch langsung menghentak dengan “Love is A Hurricane”.

Suasana makin panas ketika “Picture of You” dan “I Love You Anyway” dibawakan. Keith Duffy lalu menyapa penonton sebelum membombardir hati dengan “Baby Can I Hold You?”, “Words”, “You Needed Me” dan “When the Going Gets Tough.”

Di tengah konser, grup vokal yang terbentuk lebih dari 20 tahun lalu ini sempat berbicara soal Stephen Gately dan keinginannya untuk menyambangi Indonesia. “Everyday I Love You” lalu berkumandang, lengkap dengan suara Steo yang khas. Tak lama, “Gave it All Away”, yang merupakan lagu terakhir yang sempat direkam sebelum kepergian Steo, terdengar. Sukses membuat seisi Istora terisak –atau paling tidak menahan geremeng air mata. Istora kembali bergetar dengan teriakan “YES!” ketika Ro bertanya pada penonton, lewat lirik lagu, “if I asked would you say yes?”

Overall, konser nostalgik ini benar-benar mengeluarkan sisi remaja dari para penonton. Masalah lemburan, deadline mepet atau suami yang menunggu di luar pun terlupakan. Digantikan hysteria yang menggelegak demi melihat penampilan idolanya.

Boyzone sendiri berhasil membuktikan janjinya untuk tampil maksimal –tata gerak dan tata suaranya luar biasa. Membuktikan kalau Boyzone memang bukan sekadar bermodal tampang. Wajar jika malam itu, Istora bergemuruh karena teriakan histeris para penonton yang merasa terpuaskan. Mendengar suara emas Ronan dan Mikey, atau aksi menawan menjurus flirting dari Keith dan Shane, yang tiap gerakan dan lirikannya mampu membuat hati perempuan mencelos tanpa bisa ditahan!

Konser ini juga mampu menjawab cibiran orang yang meledek Boyzone ‘hanyalah’ Ronan dan Steve. Boyzone adalah sebuah grup vokal dan tiap individunya memberi kontribusi yang seimbang hingga menjadikan mereka irreplaceable.


Boyzone Web

Aksi Maksimal dari Mantan Boyband
Meski tidak semua hits dibawakan, konser berdurasi 90 menit ini mampu membawa penonton kembali ke masa remajanya.

Ditemui saat konferensi pers, sehari sebelumnya, Boyzone berjanji untuk tampil maksimal. Tidak ingkar janji, Ronan Keating, Keith Duffy, Mikey Graham dan Shane Lynch memang tampil luar biasa dan nyaris tanpa cela. Entah karena euphoria bertemu idola atau bukan, yang jelas penampilan boyband asal Irlandia ini seperti membuka peti berisikan rahasia masa remaja –saat sedang mulai jatuh cinta, yang menyenangkan.

Tak hanya membawakan hits macam “Picture of You”, “You Needed Me” dan “Words”, Boyzone juga memberikan teaser dari album terbaru mereka yang rilis tahun lalu. Walau terlihat lebih elegan, pria-pria ini tak sungkan untuk bergoyang seperti boyband pada umumnya.

Mereka juga sempat mengharubirukan Istora ketika berbicara soal Stephen Gately yang meninggal dunia, 2009 lalu. “Everyday I Love You” lalu berkumandang, lengkap dengan suara Steo yang khas.

Setelah, “Who We Are” yang diambil dari album terbarunya, kwartet ini silam. Teriakan standar meminta mereka tampil lagi, sukses menggetarkan Istora. Boyzone kembali ke panggung membawakan “A Different Beat” dan “Life is Roller Coaster” yang sebenarnya lagu solo Ronan Keating.

Secara keseluruhan, penampilan mereka dalam Boyzone: Back Again No Matter What Concert ini terbilang sukses. Dan seperti semua hal yang menyenangkan, terasa cepat berlalu karena semua menikmati suasana. Yakin lah, bukan hal mudah untuk bisa move on dari keriaan macam ini.

The Gray Chapter: A Review - oleh orang sok tau yang hanya tau, enak dan enak banget.

0 komentar


sudah cukup lama sendiri nggak review album. Bukan apa-apa, memang nggak ada yang bisa direview. 
*bohong

anyway,
baru sempet dengerin The Gray Chapter-nya Slipknot nih. Lambat ya. Ya udah sih, namanya juga orang sibuk. Disibuk-sibukkin.

http://assets.blabbermouth.net.s3.amazonaws.com/media/slipknotgraychapterbigger2_638.jpg
jadi... menilik namanya, album ini memang diproduksi setelah kepergian Paul Gray. Tepatnya di tahun 2013. Menurut Corey Taylor, isi album ini seperti perpaduan antara Iowa dengan Vol. 3 [Subliminal Verse], brutal yet melodiously artistic. 

and i couldn't more agree to that.

sebagai fans yang besar di bagian dada era Iowa [baca: baru kenal mereka di album ini], The Gray Chapter adalah sambungan sempurna dari Vol. 3. 

Nope, All Hope is Gone itu nggak masuk hitungan. Which Hope is Gone? exactly. Setelah agak kuciwa dengan album Justin Bieber, mendengarkan album ke-5 mereka ini sungguh sangat menyejukkan. 

Bayangkan, kebrutalan "Left Behind" atau "Heretic Anthem" yang memabukkan digabungkan dengan "Duality" atau bahkan "Vermillion" yang menyayat hati di dalam satu album. Rasanya seperti ribuan bantal dilesakkan ke dada, dipukul bertubi-tubi namun memberikan efek yang menyenangkan.


nggak. Lagu-lagunya nggak ceria kok. Somehow, lagu-lagunya justru makin kelam dan kelabu. Entah karena efek Paul Gray, atau saat mendengarkan album ini saya lagi ngantuk kebanyakan deadline. Entahlah. Yang jelas, album ini berisi walau tidak terlalu berisik.

salah satu lagu yang menurut i paling tebal adalah...

hmm...

this is hard...

but i have to say "Goodbye" is actually really describing the whole album. Not just musically, but also lyrically *apeu* 

ketika kesedihan dipadukan emosi yang menyesakkan. Itulah. Itulah "Goodbye"

mereka juga seolah berteriak pada dunia, "men.. you don't know shit about what we've been through. Just eat this!"
  
"A long time ago we discovered that nothing could stop us
This hasn't torn us apart, so nothing ever will
How can we know where we are if the sun is behind us?
But this moment will show us the rest of our lives
No one is going to save us this time
No one can know what we're feeling.
So don't even try "


seperti kata Shawn "Clown" Crahan saat ngobrolin soal All Hope is Gone di mana sebenarnya dirinya nggak setuju sama kalimat itu. Bahwa, seburuk apapun dunia, there's still a hope. Sampai ketika Paul Gray meninggal and he thought, that was the end. Hiks.

untuk single-nya, "The Negative One" imho, masih Slipknot banget. Heavy metal nan industrialistis dikemas dengan sampling yang makin lama makin ngaco. In a very positive way.

overall, album ini seperti mengembalikan langkah kaki saya yang kemarinan sempat membelok dari #SLIPKNOTLICIOUS gegara album terakhir mereka yang kurs bengs itu.

TERIMA KASIH SLIPKNOT!
and welcome back!

Chef: Tweetmu, Harimaumu. Tweetmu, Mahkotamu.

0 komentar

I just watched Chef, a movie about desperation, lack of love on daily routines, anger, rage and the power of social media.

Ceritanya seputar seorang Chef yang -sebenarnya handal dan inovatif, tapi terkungkung sisi komersial si pemilik restoran tempat ia bekerja. Pada satu hari, seorang food blogger memberi review jelek untuk makanannya. Ia membalas, lewat twitter. Di sini, peranan social media begitu terasa. Betapa emosi si Chef akhirnya meledak dan teramplifikasi dengan baik di ranah digital.

Kehidupannya hancur, hanya karena video tersebut.

Akhirya ia mencoba untuk keluar dan kembali mencari passion yang sempat hilang ketika ia bekerja untuk materi.

Plotnya sederhana. Tapi memiliki twist yang menyenangkan. Bagaimana seseorang bisa membalik sesuatu yang negatif, menjadi positif. Bagaimana ia membalik sisi kejam dunia digital menjadi pendukung utamanya.

Nice movie!

Me likey!

Bruno Mars: Imajinasi Liar Perempuan Ibukota

0 komentar


Lebih tepatnya, Bruno Mars di Moonshine Jungle Tour-nya yang baru lewat beberapa hari lalu. Sejujurnya, aku bukan Hooligans, pun mendengarkan lagu Mas Bruno tak sampai khatam di hati dan sembilu. Namun apa daya, aku terlena.. terbawa dalam keliaran imaji saat melihat lenggok tubuh dan suaranya.



Hanya ada satu kata untuk menggambarkan konser kemarin: sexy.


Bruno tidak perlu membuka baju hingga tulang selangka nyaris terlihat. Ia tak perlu berpose menantang dengan tubuh dan rambut basah. Cukup bernyanyi dari hati dan biarkan musik membawa mimpi.


No, ini bukan review konser pada umumnya. Tak perlu lah aku bercerita, bagaimana sound dan lighting nyaris tanpa cela atau penampilan musisi pendukung Bruno yang tidak seperti pendukung namun memberi kisah tersendiri, atau suara sempurna Bruno Mars di setiap lagu – baik yang mellow maupun yang upbeat, atau saat ia dan penyanyi latarnya membagi suara di hampir semua lagu, atau betapa melt-hearting-nya doi saat berdiri sendiri di bawah seberkas sinar dengan Fender Telecaster, membawakan “When I Was Your Man” yang sukses membuat penonton tersayat-sayat, atau saat ia melakukan solo drum sebagai penutup konser dengan “Locked Out Of Heaven”-nya, atau agak anti-klimaksnya konser karena – imho, semakin ke belakang malah semakin kurang hot.

Tidak, ini bukan review seperti itu.

Hanya satu cerita yang mau diangkat. Bagaimana kesexyan Bruno Mars bisa menelusup masuk dan mencengkram jantung untuk lalu dibolak-balik dan mengirimkan sinyal ke otak, yang lalu memerintahkan mulut untuk mengeluarkan teriakan, dan tangan untuk menjambak manja rambut sendiri.

Brrr….

He’s so damn hot!

Apalagi saat “Show Me” dibawakan. Aku tidak sempat melihat sekeliling, tapi aku yakin ada banyak perempuan ternganga –mungkin sambil memegang dada. Para lelaki cemburu –karena ceweknya lebih memilih untuk ternganga sambil memegang dada dibanding gandengan dengannya. Dan mungkin banyak gay terkesima dan berebut ingin jadi standing mike Mas Bruno. Mungkin.

Liukan tubuh yang serasi dengan band, sekaligus backing vocal, sekaligus dancer yang menggoyahkan iman. Konser kemarin memang -seperti kata @syifabilqisti sungguh cobaan bagi syahwat. Berat. Belum lagi kemampuan interaktifnya yang seolah menjadikan perempuan-perempuan semakin spesial. Bukan sekadar pujian, Bruno Mars menetapkan standarisasi baru. Bagaimana seharusnya pria-pria memperlakukan kekasih hatinya. Terimakasih Bruno!

Mungkin juga banyak yang menahan diri untuk tidak melompat ke panggung, memeluk Bruno dan membuai khayal yang tercipta untuk diri sendiri. Kita tidak pernah tahu. Yang jelas, Bruno Mars memang menggoda. Aku tidak pernah melihat ada cowok sesexy itu, bahkan melabeli orang sesexy itu.




Brrr…



He’s so damn hot

Pengulangan yang sesungguhnya.





Review: Sinister

0 komentar




So this is a story about a horror movie. Judulnya Insidious. Kenapa tiba-tiba membahas film ini? Karena beberapa waktu lalu, I saw this DVD ngejogrog di rumah. Lihat sleeve-nya ada tulisan “creepy” –yang merupakan –biasanya, komen dari jurnalis yang diundang pas presskrining, jadi penasaran. Ditambah lagi, pas iseng buka-buka blog http://raditherapy.com/2013/02/review-sinister/ ternyata reviewnya bagus banget. To be honest, im one of Radith’s fans while he’s talking about movies. I like the way he write and tell the story. Ok, back to the movie…


Well, Radith said that Sinister is horrifying. Agak-agak ter-Insidious, which happens to be one of  the-shittest-movie ever, along with The Mist >> I’ll talk about it later xD. Anyway, berbekal dari postingan Mas Radit, aku jadi terpacu untuk nonton film itu. Padahal, I don’t even like Ethan Hawke [yes, kegantengan pemeran utama adalah salah satu hal yang bisa membuat I menonton sebuah film, salahkan kehidupan ini], tapi gara-gara postinganya yang memuja-muji Scott Derrickson sang sutradara yang konon mampu membuat penonton terbawa dan ketakutan hingga akhir film, Sinister pun jadi pilihan menghabiskan waktu di satu malam.

Sambil sedikit ngecap ke Dhany, film pun diputar. Agak tidak serius sih, karena sambil makan dan deg-degan. Hell yea, what I read from the blog really made me deg-degan hebat. Takut ketakutan xD. Udah gitu, di tengah film, Mbak Sot mbangun and I have to breastfeeding her. After a while, I got out from the room… si Dhany berteriak kaget pas aku keluar, karena ketakutan nonton Sinister. Wow… ini unbelievable sih, Dhany bukan orang penakut, tapi kalau dia aja sampai bilang ni film mengerikan, then I really have to see it.

Di tengah film lagi..

Umm wait,
Do you guys want to know the story? Well you can read it in here.. >> cerita Sinister

Yup, di tengah film lagi, Dhany mengkeret. Dia bilang, takut dan gak usah dilanjutkan. Men.. I was shocked, dan sedikit bikin aku takut juga untuk nonton. Akhirnya menyerah. Karena takut.

Is that the end?
Nope..
Besokkannya, aku masih penasaran. Akhirnya jam 8 malem, 4 jam lebih awal disbanding waktu pertama kali nonton, aku muter Sinister.

Lalu?
Serem sih…
Tapi kurang.

I thought this movie’s gonna be like Insidious yang ‘menyebalkan’, tapi ternyata nope. Well, buat aku sih. Plot-nya ok. Tapi clue udah banyak disebar sejak pertengahan film. Terutama ketika sang dosen menjelaskan soal legenda Bughuul, the child eater. Soal kemana salah satu anak korban pembunuhan selalu menghilang dan siapa yang ngerekam, jadi jelas dari awal.

Menyebalkan?
Tidak juga sih…

Seperti Insidious, Mr. Boogie yang ditengarai jadi otak dari setiap pembunuhan suka muncul tiba-tiba dan mengagetkan. Meski makin mendekati ujung film, penampakan ini makin sering dan jadi tidak terlalu menyeramkan xD. Etapi yang jadi factor penakuti di sini bukan cuma Mr. Boogie yang mirip Jim Root dan Mick Thompson personel Slipknot, melainkan sesi-sesi dimana Ellison terbangun di tengah malam, untuk menemukan rol film Super 8 tiba-tiba nyala sendiri, sesi-sesi lambat, gelap dengan scoring yang mengiris.

Standar sih sebenarnya.

Yang paling ngagetin adalah ketika Trevor, tiba-tiba keluar dari box sama foto Mr. Boogie di layar Mac yang tiba-tiba menoleh ke arah Ellison.
      


Lalu, gimana menurut I film ini?
Wajib tonton sih, tapi akhirnya tidak mengagetkan. Terutama yang sering nonton film Hollywood, sudah bisa menebak akan dibawa kemana. Dan film ini juga tidak membekas layaknya Insidious yang aku nobatkan sebagai film Hollywood terseram, so far.





ke lagu ke labu