Hmmm...
“Aduh...”
teriak Mitha gara-gara sebuah keplakan keras di pundaknya. Matanya
yang besar melotot ngelihat si pelaku yang sekarang cengengesan...
“Hi hi... kaget
ya lo??” tanya si pelaku
“Kaget? Sakit
tauuuu....”
“Hi hi.. maaf
deh. Abis kaget ngelihat lo di sini. Makan kok nggak ngajak-ngajak,”
kata si pelaku yang ternyata bernama Bani, sambil ngerebut sendok di
tangan Mitha terus langsung nyobain kuah bakso. “Aduh... buset...
pedes banget. Pasti sambelnya banyak banget deh!”
Mitha sama Bani tuh sobatan dari SMP
hingga SMA sekarang. Kalau ada Mitha pasti ada Bani, gitu juga
sebaliknya. Dua-duanya kompak dan punya banyak kesamaan, makanya
cocok main bareng. Cuma ada satu hal yang bikin Bani bete dari Mitha,
yaitu rasa suka sobatnya itu terhadap cabail. Yups, bisa dibilang,
Mitha itu cabaiholic, alias doyan banget sama makanan yang mengandung
sayuran yang rasanya pedes itu.
Saking cinta dan setianya sama cabai,
Mitha nggak bakalan mau makan apapun tanpa cabai. Apalagi cabai dalam
bentuk hancur alias sambal. Bahkan Mitha makan pisang goreng plus
ketan dengan sambal terasi, eh... tapi itu mungkin karena Mitha orang
Medan ya? He he... Kalau makan bakso atau soto ayam nih, bisa
dipastikan tempat sambal di meja bakalan kosong, karena Mitha nggak
kira-kira kalau memakai sambal.
Bani bukannya cuek sama hal ini,
berulang kali Bani katakan untuk agak sedikit mengurangi polusi.. eh,
bukan yang itu... maksudnya berulang kali Bani bilang ke Mitha untuk
nggak makan sambal banyak-banyak, karena bikin perut sakit. Tapi
Mitha nggak pernah nurut.
“Hey Bani....
makan yuuuk...” suara cempreng Mitha terdengar dari radius 5 km...
“Yuukk... di
bakso Pak De ya,” jawab Bani nggak kalah kenceng. Maklum mereka kan
masih ada di kelas masing-masing yang bersebelahan! Buset,
suaranya....
“Hmm... wangi...
“ kata Mitha mencium-cium aroma kuah bakso yang sekarang ada di
depan matanya. Tangannya bergerak mengambil tempat sambal, tapi....
“Lah, Ban... kok diambil??”
“Lo nggak boleh
makan sambal banyak-banyak. Sini gue aja yang ngambilin!”
“Ah, nggak mau!
Pasti dikit... gue kan nggak suka kalau baksonya nggak pedes!”
Mitha tetap keukeuh. “Balikin nggak!”
“Nggak!! Kata
nyokap lo, lo harus ngurangin sambel kalau nggak mau sakit perut
lagi...” Bani juga nggak mau kalah, sambil tetap megangin tempat
sambal
“Ah, apaan sih
lo?? Perut gue sakit waktu itu kan gara-gara mau dapet, bukan karena
sambal!”
“Eh, emang iya
ya??” Bani agak rancu. “Tapi, pokoknya lo nggak boleh makan
sambal banyak-banyak!”
“Nggak usah rese
lo Ban!” Mitha mulai kesel. “Kalo gitu gue nggak jadi makan!”
Katanya sambil bangun dari duduk terus langsung mengambil langkah
seribu. Dengan tangan dibekapkan ke mulut. Loh, jadi kayak film
India. Untung nggak ada tiang, kalau nggak kan gawat he he...
Bani yang ditinggal sempat freeze
bentar, tapi abis itu ikutan cabut. Pakai lari juga, slow motion
pula, biar dramatis.
“Lah... ini kan belum dibayar?”
suara Pak De pun terdengar
Sejak kejadian itu Mitha dan Bani jadi
musuhan. Sebenarnya sih berkali-kali Bani minta maaf, tapi Mitha
tetap sakit hati dan nggak mau terima. Alhasil sudah semingguan ini
mereka nggak deket.
“Bete banget deh... “ kata Mitha
dalam hati. Tangannya sibuk mindahin sambal dari tempatnya ke mangkuk
soto ayam di meja makan rumahnya. “Huh... bete...” lanjutnya
sambil mulai makan. “Mbak, minta jeruk nipis doong...”
Lagi asik-asiknya makan, tiba-tiba...
Ciuuut....
Perut Mitha melilit dahsyat!! Rasanya
kayak dicubit-cubit. “Argh... “ katanya pelan dan dramatis. Semua
gelap
Mata Mitha terbuka dikit. Sinar lampu
yang silau bikin dia kedip-kedip. Perutnya masih agak sakit, tapi
nggak separah tadi.
“Mith... lo dah mendingan?” suara
Bani terdengar pelan di sampingnya
“Ban... perut gue sakit banget...”
“Iya, kata dokter lo kena usus buntu
gara-gara biji cabai..” kata Bani lagi. “Kan udah gue bilang,
jangan makan sambal banyak-banyak. Gini nih jadinya”
“Iya, sorry ya gue marah sama lo.
Padahal maksud lo baik...” Mitha mulai tersenyum. “Eh, tapi yang
nggak boleh tuh kan biji cabai ya... kalau gue makan sambel terus
bijinya diilangin, berarti aman dong... he he.”
“Mithaaaaa....”
0 komentar: (+add yours?)
Posting Komentar