Kamu tahu tidak?
Aku pasti akan merindukanmu...
Cukup waktu kita untuk bersama
Jalur kita adalah berbeda...
Terimakasih selama ini,
Sekarang kamu boleh pergi...
Selamat jalan,
Tahi...
Cukup Waktu Kita Bersama
Ini Bukan Masalah Hati
Bukan sekedar merenungi hati
Seawal ini aku duduk di sini
Ada yang mesti pergi
Harus direlakan setengah mati
Ingin sekali jauh nampaknya,
Bahkan tak perlu dengan usaha
Hanya bisa berkata,
Selamat tinggal saja
Selamat tinggal kita
Selamat tinggal tinja...
Sebelum Ada Rindu
Aku tahu
Pasti ada rindu
Rindu menggebu
Yang kau tumpahkan untukku
Tapi ini sudah waktunya
Waktu kita membagi masa
Lupakan semua rasa
Dan pergilah kau ke sana
Jangan kira aku rela
Tapi aku tahu,
Itu memang mesti adanya
Pergilah kau tinja...
Kalau Sudah Besar, Pasti Tidak Sabar
Iya, aku mengerti benar
Rasa ini tak bisa disabar
Jika memang harus disasar
Ia akan mengejar
Seperti tak butuh waktu lama,
Paling tidak sampai kita bisa berkata-kata
Ibarat hati sudah terlena
Tenang sebentar lalu mendera...
Iya aku sangat mengerti
Rasa ini tak bisa berhenti
Baiklah mari sudahi,
Ayo masuk kamar mandi
Dan katakan,
"Selamat tinggal tahi..."
Lepaskan Aku, Kawan
Baru kali ini aku rasakan,
Ada sedikit keraguan dalam dirimu.
Mengapa?
Sudahlah lepaskan saja,
Atau kau takut merindu?
Cari kelompookmu sendiri,
Aku sudah ringan biarkanmu pergi...
Sini,
Aku bantu dorong lagi...
Bahagialah kau di sana
Aku juga akan bahagia
Menikmati ruang kosong untuk diisi
Dengan tinja yang baru lagi :)
Sapaan Pagi Untuk Kamunya Aku
Selamat pagi kamunya aku :)
Yang sudah bergejolak seiring waktu
Tak mau berhenti, siramkan saja
Daripada makan hati dan membuang tenaga
Selamat jalan kamunya aku,
Selamat jalan, fecesku...
Secarik Surat Dari Dianya Aku
"Sebelum kamu berkata apa, izinkan lebih dulu bicara!
Cukup sudah kebersamaan kita,
Kini aku akan pergi melanglang buana.
Bukan kamu,
Ini aku...
Mencari kehidupan baru.
Tak perlu dicari,
Kamu akan segera dapat yang lain lagi.
Aku pergi dengan senyum,
Kau pun
Jangan manyun.
Berilah tenaga dan dorong aku,
Menuju garis di bawah langit biru.
Selamat tinggal kamunya aku :)"
- tertanda, Feces Sejati Tak Takut Flusheran Dini
Batas Akhir Perjalanan Kami
Letih menanti kepastian,
Di balik gerbang kecokelatan
Apakah kita akan berakhir?
Atau malah rasa itu kembali lahir?
Tidak bisa bersikap
Selama kepastian masih belum terlihat
Menanti dalam kecemasan,
Menggenggam asa dalam sekam
Hingga tiba waktunya,
Aku lupa
Siapa yang memula
Perpisahan lantas terjadi,
Tak ingin kusesali
Karena memang harus begini
Sudah berhenti
Hanya sampai di sini
Perjalananku,
Dan si tahi...
Bukan Maksuh Dati Menahanmu
Aku mohon padamu,
Tunggulah barang sebentar
Bukan aku tak mau,
Perjalanan ini masih butuh waktu
Tak ada niatku untuk menahan,
Aku tahu kamu butuh kebebasan
Tapi sungguh,
Perjalanan ini belum berlabuh
Bersabar kawan,
Percayalah... ruang sendiri pasti kau dapatkan
Bila memang pintu sudah terbuka,
Kamu pasti aku lepaskan... wahai Tinja
Aku Suka Kamu Punya
Suka rindu. Suka jadi. Suka kangen. Suka miskin. Suka ingat. Suka maju. Suka ingin. Suka mundur. Suka kembali. Suka yuki.
Sukiyaki!
Ini Mungkin Skenario Tuhan
Barusan baca postingan teman,
Judulnya Skenario Tuhan
Mungkin memang ini skenario Tuhan,
Hingga report yang dibuat begadangan,
Mesti menghilang :(
Gara-gara lupa nge-save proper
Gara-gara buru-buru ngosongin tempat sampah [sumpah, bukan karena laper]
Akhirnya daya usaha semalam suntuk,
Harus raib tak berbentuk
Sedih?
Ya pasti,
Mau apa tapi?
Bisa gimana tapi?
Sudah deh, kerjakan lagi
Pasang earphone lalu pasang tahi lalat di bawah pipi
Cemungudh!