Diserbu The Raid

tertulis di www.traxmagz.com [22 Maret 2012]

The Raid

Akhirnya, salah satu film yang paling ditunggu ini muncul juga di bioskop-bioskop tanah air [dan mancanegara]. Seberapa dahsyatnya kah? Yang jelas, ekspektasi anda akan terpenuhi.



Satu kata untuk film The Raid, anj*ng! Entah, apa boleh berteriak macam itu di media macam ini. Yang jelas, kami tak bisa menemukan kata yang cukup untuk menggambarkan betapa ajibnya film garapan Gareth Evans ini. Tak perlulah berbasa-basi, cukup anda tonton sendiri. Lupakan semua 'pesan moral' yang biasanya selalu diangkat saban film baru dipromosikan, film yang syutingnya menghabiskan waktu selama tiga bulan dengan budget sebesar 10 milyar rupiah ini jujur tidak memiliki pesan moral, toh film ini memang bertujuan untuk menghibur. “Orang bayar, duduk, makan pop corn, nonton terus senang. Itu aja.” terang Iko Uwais sang bintang utama.


Menonton film yang mendapat banyak atensi dan penghargaan dari beberapa festival film bergengsi di skala internasional ini tak akan membuat anda berdiam diri. Yakin. Anda akan berteriak sepanjang film. Entah itu karena ngilu atau karena hormon adrenalin anda terpacu melihat adegan aksi yang ditampilkan. Akhir film? Memang, tak terlalu twisting, apalagi untuk anda yang sering menonton film bergenre sejenis buatan Hollywood. Tapi jangan sedih, anda 'masih' tetap terhibur dengan adegan perkelahian yang muncul hasil karya duo koreografernya, Yayan Ruhian dan Iko Uwais.


Sudah nonton Merantau, yang notabene merupakan karya dari sutradara dan penata adegan laga yang sama? Film ini beyond dari itu. Masih tetap menampilkan Silat -dan sukses memperkenalkan seni bela diri khas tanah air ke dunia internasional, namun dipadu dengan penggunaan senjata. Termasuk senapan dan parang.


Scoring-nya, menggigit. Acungkan jempol untuk Fajar Yuskemal dan Aria Prayogi yang sebelumnya telah sukses 'memusiki' Merantau. Angle kameranya ajaib, meski terkadang terlalu extreme close up. Apa lagi? Adegan perkelahian yang luar biasa indah, jauh dari adegan berantem ala-ala sinetron laga yang mengeluarkan api dari tangan atau naik elang.


Para aktor yang berperan disini juga boleh dikasih jempol. Aktingnya memikat, meski memang tak terlalu banyak bicara karena sudah diwakilkan oleh kaki dan tangannya [baca: berantem]. Beberapa diantaranya adalah atlet nasional, termasuk Joe Taslim yang berperan sebagai Sersan Jaka. Oh iya, adegan fighting antara Sersan Jaka versus Mad Dog [Yayan Ruhiyan] menjadi salah satu hi-lite film ini. Ray Sahetapy yang memerankan Tama, sang bos besar, sukses besar menampilkan sosok 1 ruthless crime lord, walau sedang makan mie rebus dan mengajak bersenang-senang.

Walau penuh adegan action, anda tetap bisa tertawa mendengar percakapan antara Mad Dog dengan Andi [Donny Alamsyah] yang merupakan para tangan kanan sang bos besar. Overall, film ini perlu sekali ditonton. Sekedar untuk ikutan tren atau memang untuk memenuhi dahaga anda sebagai pecinta film yang merindukan film berkelas macam ini.


Satu pesan terakhir, pergilah ke kamar mandi sebelum menontonnya, daripada nanti tertinggal adegan-adegan memikat yang bergerak cepat.

0 komentar: (+add yours?)

Posting Komentar

ke lagu ke labu