Review: Sinister

0 komentar




So this is a story about a horror movie. Judulnya Insidious. Kenapa tiba-tiba membahas film ini? Karena beberapa waktu lalu, I saw this DVD ngejogrog di rumah. Lihat sleeve-nya ada tulisan “creepy” –yang merupakan –biasanya, komen dari jurnalis yang diundang pas presskrining, jadi penasaran. Ditambah lagi, pas iseng buka-buka blog http://raditherapy.com/2013/02/review-sinister/ ternyata reviewnya bagus banget. To be honest, im one of Radith’s fans while he’s talking about movies. I like the way he write and tell the story. Ok, back to the movie…


Well, Radith said that Sinister is horrifying. Agak-agak ter-Insidious, which happens to be one of  the-shittest-movie ever, along with The Mist >> I’ll talk about it later xD. Anyway, berbekal dari postingan Mas Radit, aku jadi terpacu untuk nonton film itu. Padahal, I don’t even like Ethan Hawke [yes, kegantengan pemeran utama adalah salah satu hal yang bisa membuat I menonton sebuah film, salahkan kehidupan ini], tapi gara-gara postinganya yang memuja-muji Scott Derrickson sang sutradara yang konon mampu membuat penonton terbawa dan ketakutan hingga akhir film, Sinister pun jadi pilihan menghabiskan waktu di satu malam.

Sambil sedikit ngecap ke Dhany, film pun diputar. Agak tidak serius sih, karena sambil makan dan deg-degan. Hell yea, what I read from the blog really made me deg-degan hebat. Takut ketakutan xD. Udah gitu, di tengah film, Mbak Sot mbangun and I have to breastfeeding her. After a while, I got out from the room… si Dhany berteriak kaget pas aku keluar, karena ketakutan nonton Sinister. Wow… ini unbelievable sih, Dhany bukan orang penakut, tapi kalau dia aja sampai bilang ni film mengerikan, then I really have to see it.

Di tengah film lagi..

Umm wait,
Do you guys want to know the story? Well you can read it in here.. >> cerita Sinister

Yup, di tengah film lagi, Dhany mengkeret. Dia bilang, takut dan gak usah dilanjutkan. Men.. I was shocked, dan sedikit bikin aku takut juga untuk nonton. Akhirnya menyerah. Karena takut.

Is that the end?
Nope..
Besokkannya, aku masih penasaran. Akhirnya jam 8 malem, 4 jam lebih awal disbanding waktu pertama kali nonton, aku muter Sinister.

Lalu?
Serem sih…
Tapi kurang.

I thought this movie’s gonna be like Insidious yang ‘menyebalkan’, tapi ternyata nope. Well, buat aku sih. Plot-nya ok. Tapi clue udah banyak disebar sejak pertengahan film. Terutama ketika sang dosen menjelaskan soal legenda Bughuul, the child eater. Soal kemana salah satu anak korban pembunuhan selalu menghilang dan siapa yang ngerekam, jadi jelas dari awal.

Menyebalkan?
Tidak juga sih…

Seperti Insidious, Mr. Boogie yang ditengarai jadi otak dari setiap pembunuhan suka muncul tiba-tiba dan mengagetkan. Meski makin mendekati ujung film, penampakan ini makin sering dan jadi tidak terlalu menyeramkan xD. Etapi yang jadi factor penakuti di sini bukan cuma Mr. Boogie yang mirip Jim Root dan Mick Thompson personel Slipknot, melainkan sesi-sesi dimana Ellison terbangun di tengah malam, untuk menemukan rol film Super 8 tiba-tiba nyala sendiri, sesi-sesi lambat, gelap dengan scoring yang mengiris.

Standar sih sebenarnya.

Yang paling ngagetin adalah ketika Trevor, tiba-tiba keluar dari box sama foto Mr. Boogie di layar Mac yang tiba-tiba menoleh ke arah Ellison.
      


Lalu, gimana menurut I film ini?
Wajib tonton sih, tapi akhirnya tidak mengagetkan. Terutama yang sering nonton film Hollywood, sudah bisa menebak akan dibawa kemana. Dan film ini juga tidak membekas layaknya Insidious yang aku nobatkan sebagai film Hollywood terseram, so far.





ke lagu ke labu